Monday, May 18, 2020

5 Malaikat Yang Diperintah Allah Untuk Jagakan Manusia

Sememangnya kita diajar untuk mengenal sepuluh nama dan tugas malaikat. Tetapi hakikatnya, terdapat hampir dua puluh malaikat yang telah di... thumbnail 1 summary

Sememangnya kita diajar untuk mengenal sepuluh nama dan tugas malaikat. Tetapi hakikatnya, terdapat hampir dua puluh malaikat yang telah diperintahkan oleh Allah untuk memikul tugas-tugas tertentu. Antaranya ialah malaikat pembawa Arasy, Harut dan Marut, malaikat penjaga pintu langit dan pelbagai lagi.

Dan daripada dua puluh itu, terdapat tiga tugasan yang telah diperintahkan oleh Allah kepada lima malaikat untuk berada di sisi setiap anak-anak Adam a.s.

(1) Dua Malaikat Hafazah

Malaikat Hafazah bermaksud malaikat penjaga. Ada dua malaikat yang menjaga pada sebelah siang dan dua lagi menjaga pada sebelah malam. Para malaikat ini sama saling bertemu pada solat Subuh dan Asar.

Menurut Abu Hurairah r.a, Rasulullah s.a.w bersabda;

“Maka apabila Allah bertanyakan tentang perihal hamba-Nya kepada malaikat Hafazah ini, maka jawapan mereka ialah: “Kami datang kepada mereka melihat mereka bersolat dan kami tinggalkan mereka pun dalam keadaan mereka bersolat.” - Hadis Riwayat Imam Ahmad

Masya-Allah, alangkah indahnya jawapan yang diberikan oleh malaikat Hafazah tatkala mengadap Allah selepas bersilih ganti menjaga kita. Bayangkan jika kita melewat-lewatkan solat fardhu contohnya Subuh dan Asar. Bagaimana agaknya jawapan malaikat Hafazah ini terhadap perlakuan kita?

“Si Fulanah masih tidur, tidak solat Subuh lagi.”
“Si Fulan masih minum di kedai kopi. Masih tidak solat Asar lagi.”

Sesungguhnya Allah berfirman;

“Peliharalah kamu (kerjakanlah dengan tetap dan sempurna pada waktunya) segala solat fardhu, khasnya solat wustha (Solat Asar), dan berdirilah kerana Allah (dalam solat kamu) dengan taat dan kusyuk.”

Surah Al-Baqarah : Ayat 238

(2) Dua Malaikat Kiraman Katibin

Malaikat Kiraman Katibin adalah merupakan dua malaikat yang ditugaskan untuk menulis segala perihal kebaikan dan kejahatan yang dilakukan oleh manusia. Satu di bahu kanan, satu lagi di bahu kiri. Malaikat ini juga dikenali dengan nama Raqib dan Atid. Raqib mencatat kebaikan manakala Atid mencatat kejahatan.

Allah berfirman ;

“Dan demi sesungguhnya, Kami telah mencipta manusia dan Kami sedia mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, sedang (pengetahuan) Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, Semasa dua malaikat (yang mengawal dan menjaganya) menerima dan menulis segala perkataan dan perbuatannya; yang satu duduk di sebelah kanannya, dan yang satu lagi di sebelah kirinya. Tidak ada sebarang perkataan yang dilafazkannya (atau perbuatan yang dilakukannya) melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang sentiasa sedia (menerima dan menulisnya).” - Surah Qaaf : Ayat 16-18

Renung-renungkanlah ayat Allah ini. Betapa malaikat Kiraman Katibin sangat dekat dengan kita. Takkan tertinggal satu pun amalan dan perbuatan yang telah dilakukan melainkan semuanya dicatat di dalam buku amalan kita.

Di Padang Mahsyar nanti, kedua-dua malaikat ini akan datang bersama kita sebagai pembawa dan saksi.

“Dan (setelah itu) datanglah tiap-tiap orang (ke Padang Mahsyar), disertai (dua malaikat: yang satu menjadi) pembawa dan (yang satu lagi menjadi) saksi.” - Surah Qaaf : 21

Kemudian, segala apa yang terkandung di dalam buku tersebut akan dibacakan satu persatu di hadapan Allah.

“Dan berkatalah malaikat yang sentiasa ada bersama-samanya: “Inilah (Kitab catitan iman dan amal) orang yang terletak dalam jagaanku, siap sedia (untuk dibicarakan).” - Surah Qaaf : Ayat 23

(3) Malaikat Qarin

Qarin ialah pendamping, yang mana terdapat dua qarin yang sentiasa berdampingan dengan kita sejak kita lahir hingga kita kembali menemui Allah.

Diriwayatkan, Rasulullah s.a.w bersabda;

“Tidak ada seorang pun antara kamu melainkan pasti ada satu qarin daripada jin dan satu qarin daripada malaikat.” - Hadis Riwayat Ahmad

Qarin jin tugasnya membisikkan kejahatan (was-was) kepada manusia dan Malaikat Qarin tugasnya mengajak kita untuk melakukan kebaikan (ilham).

Daripada Abdullah bin Mas’ud, bahawa Rasulullah s.a.w bersabda;

“Sesungguhnya bagi syaitan ada bisikkan kepada anak Adam dan bagi malaikat ada pula bisikkan. Adapun bisikkan syaitan itu mengajak melakukan kejahatan dan mendustakan kebenaran. Dan adapun bisikkan malaikat ialah mengajak melakukan kebaikan dan menerima kebenaran dengan jujur.

Maka sesiapa yang mendapat bisikkan ini, ketahuilah bahawa itu adalah daripada Allah, maka pujilah Allah. Manakala sesiapa yang mendapat bisikkan satu lagi, maka hendaklah dia berlindung kepada Allah daripada syaitan.” - Hadis Riwayat at-Tirmidzi dan an-Nasa’i

Berdoalah selalu kepada Allah agar kita sentiasa diberi ilham untuk melakukan kebaikan.

Mohonlah perlindungan daripada-Nya jika bisikkan syaitan datang menghasut ke arah kejahatan.

“Dan katakanlah: “Wahai Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari hasutan syaitan-syaitan. Dan aku berlindung kepada-Mu, wahai Tuhanku, supaya syaitan-syaitan itu tidak menghampiriku.” -  Surah Al-Mukminuun : Ayat 23

Begitulah taat para malaikat kepada Allah, tidak pernah lalai dan letih dalam urusan menjaga kita. Mereka juga tidak pernah berjauhan daripada kita. Mereka ada dengan kita, sentiasa mengawasi mengikut kehendak Allah. Sentiasa bersama, tetapi tidak pernah bersua.

Bagaimana untuk merasakan kehadirannya? 
Hanya iman yang mampu menjawabnya. 

Wallahu’alam.

Sumber Rujukan: Solusi Isu (93) Nikmat Beriman dengan Malaikat. (2016)

📄Hadits Rasulullah SAW:

إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنَ الإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ

Maksudnya: “Sesungguhnya syaitan berjalan pada anak manusia seperti jalannya darah pada peredarannya”.

Riwayat al-Bukhari (2038)

📄Nabi Muhammad s.a.w berpesan, “sampaikanlah dariku walau satu ayat” dan “setiap kebaikan adalah sedekah.

_________

📄Empat Malaikat yang Menyertai Manusia Selama di Dunia

ADA banyak malaikat yang menyertai manusia, dari sejak mereka diciptakan di rahim ibunya, hingga di hari kematiannya, bahkan ketika mereka di alam kubur hingga hari kiamat.

Kita akan melihat penjelasan tentang pengertaan malaikat dengan manusia ketika di dunia,

Pertama, Mereka menyertai manusia ketika proses penciptaannya di rahim ibunya,

Dalam hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Allah mengutus seorang malaikat untuk rahim, lalu beliau mengatakan, ‘Ya Allah, ini nutfah.’ ‘Ya Allah, ini segumpal darah.’ ‘Ya Allah, ini segumpal daging.’ Ketika Allah hendak menyelesaikan penciptaannya, beliau bertanya, ‘Ya Allah, lelaki atau perempuan? Apakah dia orang yang celaka atau bahagia? Bagaimana rizkinya? Bagaimana ajalnya?’ akhirnya ditetapkan untuknya semua ketetapan itu di perut ibunya. (HR. Bukhari 6595 dan Muslim 2646)

Kedua, Malaikat penjaga fizik manusia

Allah berfirman,

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.” (QS. ar-Ra’du: 11)

Dalam ayat di atas, Allah menyebut malaikat ini dengan sebutan Mu’aqibat – yang artinya silih berganti. Karena mereka datang pergi, lalu digantikan malaikat lainnya.

Ketika membahas ayat di atas, al-Hafidz Ibu Katsir menyebutkan hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Para Malaikat dimalam dan siang hari silih berganti mengawasi kalian, dan mereka berkumpul pada saat shalat Subuh dan salat Ashar, kemudian para malaikat yang mengawasi kalian semalam suntuk naik (ke langit). Allah menanyakan kepada mereka, padahal Dia lebih mengetahui dari mereka, “Dalam keadaan apakah kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku?” Mereka menjawab, “Kami tinggalkan mereka dalam keadaan mengerjakan shalat” (HR. Ahmad 8341, Bukkhari 555, Muslim 1464 dan yang lainnya).

Al-Hafidz Ibnu Katsir mengatakan,

Bagi setiap hamba ada malaikat yang silih berganti menjaga di waktu malam dan di waktu siang. Mereka menjaga manusia dari setiap kejahatan dan kecelakaan. Sebagaimana ada malaikat lain yang menjaga amal manusia, yang baik maupun yang buruk, ada yang menjaga siang dan malam.

Kemudian Ibnu Katsir melanjutkan keterangannya tentang malaikat siang dan malam,

Dua di kanan dan di kiri, mereka mencatat setiap amal. Yang di kanan mencatat amal baik dan di kiri mencatat amal buruk.

Sementara dua malaikat lainnya menjaga. Satu di depan dan satu di belakang. Sehingga jumlahnya ada 4 malaikat siang dan 4 malaikat lainnya di malam hari. (Tafsir Ibnu Katsir, 4/437).

Selanjutnya Ibnu Katsir membawakan riwayat tafsir dari tabiin,

Mujahid mengatakan, setiap hamba disertai malaikat yang diutus. Dia menjaga hamba ini ketika tidur dan ketika sedar. Dari setiap gangguan jin dan binatang berbahaya. Setiap kali ada gangguan yang datang keadanya, maka malaikat ini mengingatkan, “Awas, hati-hati.” Kecuali musibah yang telah Allah takdirkan, dan pasti mengenainya. (Tafsir Ibnu Katsir, 4/438).

Ada seseorang yang mengatakan kepada Ali bin Abi Thalib,

“Ada sekelompok orang dari daerah Murad ingin membunuh anda.”

Ali mengatakan, Setiap orang selalu disertai malaikat yang menjaganya dari merbahaya yang belum ditaqdirkan untuk mengenainya. Ketika taqdir buruk itu datang, maka malaikat itu menyingkir darinya. Sesungguhnya ajal itu tameng yang terlindungi. (al-Bidayah wa an-Nihayah, 1/54).

Malaikat Mu’aqibat yang disebutkan dalam ayat di ar-Ra’du, juga Allah sebutkan di ayat yang lain,

“Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.” (QS. al-An’am: 61)

Ketiga, Malaikat pencatat amal perbuatan manusia

Setiap manusia selalu diiringi malaikat pencatat amal yang baik maupun yang buruk, amal besar maupun kecil.

Allah berfirman,

Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu),  mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. al-Infithar: 9-12).

Allah juga berfirman,

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (16) (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. (17) Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (QS. Qaf: 16 – 18)

Malaikat yang berada di sebelah kanan, mencatat kebaikan. Sementara malaikat di sebelah kiri, mencatat keburukan.

Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Malaikat di sebelah kiri mengangkat pena catatan amal selama 6 jam ketika ada seorang hamba muslim yang melakukan maksiat. Jika dia menyesal dan beristighfar kepada Allah dari maksiat itu, maka malaikat ini tidak jadi mencatatnya. Jika tidak, maka malaikat ini akan mencatatnya satu kesalahan. (HR. Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir, 8/158)

Dari keterangan di atas, boleh kita simpulkan bahwa malaikat yang menyertai manusia setelah dia dilahirkan ada empat: 2 malaikat penjaga fisik manusia dan 2 malaikat pencatat amal manusia.

Ibnu Katsir menjelaskan,

Dua malaikat di sebelah kanan dan kiri, mencatat amal. Yang berada di kanan mencatat kebaikan, dan yang di sebelah kiri mencatat keburukan. Dua malaikat lainnya menjaga fizik manusia. Satu di belakang hamba dan satunya di depan hamba. Sehingga manusia selalu disertai 4 malaikat di siang hari dan 4 malaikat di malam hari. (Tafsir Ibnu Katsir, 2/504).

Wallahu a’lam.

Wednesday, May 13, 2020

The True Agenda of the WHO: A New World Order Modeled After China

The True Agenda of the WHO: A New World Order Modeled After China Published 2 weeks ago on April 29, 2020 - Vigilant Citizen ... thumbnail 1 summary

The True Agenda of the WHO: A New World Order Modeled After China

Published 2 weeks ago on April 29, 2020 - Vigilant Citizen


Since the outbreak of COVID-19 outside of China, the World Health Organization (WHO) has taken a prominent role in the handling of the pandemic on a global level. The unquestioned power and influence of this organization created by the United Nations lead most governments around the world to shape their policies and pandemic response according to the WHO’s data and guidelines. In other words, nations enabled a global (and non-democratic) entity to dictate decisions that are taken on a national and local level.

The result of this direct pipeline between the WHO and national governments has been profound and far-reaching. Fueled by apocalyptic models and projections, governments were urged to confine their entire population while shutting down their entire economies for several months. The devasting consequences of this global lockdown are still difficult to quantify. However, a prediction made in my article COVID-19 Lockdown: A Global Human Experiment quickly came to fruition: Billions of dollars were funneled from the working class towards the elite.
So why is the WHO giving orders to nations and their democratically elected governments? Is it due to its proven track record and educated advice? Clearly not. Because the organization’s response to the pandemic at its earliest and most critical stages was nothing less than disastrous. Some might argue that it was even deliberate.
On January 14th, the WHO claimed that there was no human-to-human transmission – citing Chinese sources.
Preliminary investigations conducted by the Chinese authorities have found no clear evidence of human-to-human transmission of the novel #coronavirus (2019-nCoV) identified in #Wuhan, #China🇨🇳. pic.twitter.com/Fnl5P877VG
— World Health Organization (WHO) (@WHO) January 14, 2020
On February 4th, WHO director-general Tedros Adhanom Ghebreyesus spoke against travel restrictions on China, saying such measures could cause “fear and stigma”. He added that there “no reason for panic and fear”, he said.
Since most world governments blindly followed the WHO’s recommendations, air travel from China continued for weeks and allowed the spread of the virus across the world.
And, when some countries nevertheless moved forward to stop travel from China, the WHO actively lobbied against it.
The WHO directly lobbied against banning travel to countries, including China.
A statement released as late as February 29, argued against travel bans because they “may disrupt businesses, and may have negative social and economic effects on the affected countries”.
“WHO continues to advise against the application of travel or trade restrictions to countries experiencing COVID-19 outbreaks,” the statement said.
“In general, evidence shows that restricting the movement of people and goods during public health emergencies is ineffective in most situations and may divert resources from other interventions.”
Academic research by the University of Southampton has revealed up to 95 percent of deaths would not have happened if the WHO acted earlier.
– SKY News, China used WHO in a bid to open Australia’s borders
The last sentence is particularly damning: 95% of deaths could have been avoided if the WHO did not go against travel bans from China. Considering the fact the WHO actively worked against the single most important measure to stop the spread of the virus, why is it still shaping government policies? Because it is linked to the global elite.

Despite spreading information that was outright false and dangerous, the WHO remains unquestionably influential across the world. On April 18th, the organization showcased its immense power by broadcasting Together At Home, a massive media event that had countless celebrities and powerful people praise the WHO and the elite entities behind it.

The WHO is also heavily invested in controlling the flow of information regarding the virus.

The True Agenda of the WHO: A New World Order Modeled After China

A headline from The Verdict.
Speaking on CNN’s Reliable Sources, YouTube CEO  Susan Wojcicki stated that the streaming platform would be “removing information that is problematic” and that would include “anything that is medically unsubstantiated”. She added:
“So people saying ‘take vitamin C; take turmeric, we’ll cure you’, those are the examples of things that would be a violation of our policy. Anything that would go against World Health Organisation recommendations would be a violation of our policy.”
Why would YouTube even care if people talked about vitamin C in their videos? Because, since the beginning of the outbreak, the WHO has been suspiciously against any kind of remedy or solution against COVID-19. 

Every single time a treatment shows promise, the WHO and the media system that caters to it are quick to warn against them and even label it as dangerous.

Why? Because the WHO is banking on a single, universal solution: A Vaccine.

To fully understand the mindset behind the WHO, we must look at the funding behind the WHO.

The True Agenda of the WHO: A New World Order Modeled After China

Two of the five biggest funders of the WHO are the Bill & Melinda Gates Foundation and the Gavi Alliance. As seen in the article Bill Gates is Calling for a Digital ID to Idenfity Who is Vaccinated, these two organizations are advocating for using vaccines to create a global ID system using some sort of implant. COVID-19 is the perfect occasion for them to make this happen.

To make sure this happens, the world needs to live in fear and without a cure until that vaccine is released.
The True Agenda of the WHO: A New World Order Modeled After China
One of the many headlines warning against any kind of cure or treatment.
The WHO is also fighting against the most “natural” remedy to a virus: Herd immunity. Indeed, considering the fact that COVID-19 is non-deadly to healthy people, allowing the population to naturally develop antibodies against the virus by just living with it is probably the most natural way to combat it. Some countries such as Sweden defied the WHO’s dogma, refused to confine its population, and is now claiming that herd immunity could be achieved by June. Of course, the WHO is warning against this strategy. Media sources that are completely sold to the WHO’s agenda have been hard at work to shun this age-old concept. Here’s a headline from The Guardian.
The True Agenda of the WHO: A New World Order Modeled After China
The article can be summed up in two quotes:
“The simple fact is that herd immunity, without a vaccine, is not an easy way forward.”
And the article ends with this aberrant statement.
 “I can’t speak for everyone, but personally I’d rather stay inside for a few more months and still see my parents next year.”
These statements are 100% in line with the WHO’s true agenda: No freedom without a vaccine. In order to justify this line of thinking, the article talks about the “sacrifice of the vulnerable on the altar of the economy”. Not unlike other articles warning against any kind of solution, it goes to extremes by claiming that herd immunity would kill millions of elderly people, without considering the fact that a strategy of targeted quarantines could be used for the most vulnerable while allowing healthy people to remain free.

Here’s another article pushing the same agenda.

The True Agenda of the WHO: A New World Order Modeled After China

The article argues that the only solution is an all-out police state.
“We won’t get to herd immunity in the near future. A miracle drug is not in sight. The only way to restart the economy, then, is to put a highly effective system in place to test millions of people, trace their movements, and quickly quarantine those who might have been infected.”
This quote leads us to another reason why the WHO and its elite system want COVID anxiety to last as long as possible: The justification of population surveillance.
Here are some magazine covers and headlines that popped up in the past week.

The True Agenda of the WHO: A New World Order Modeled After China

“Can Big Brother Save Us?” on a French magazine.

The True Agenda of the WHO: A New World Order Modeled After China
A mind-boggling headline from the Times UK.

The True Agenda of the WHO: A New World Order Modeled After China

“Quebec prepares its Big Brother for the 2nd wave”. Cell phones could be tracked,
The WHO has been telling the world that the only viable solution is a vaccine. And they say that a vaccine could take months or years to be available. So what happens until they decide that a vaccine is ready?

A police state where high tech surveillance, bio-paranoia, and the forced quarantine of selected people at a moment’s notice. Big Brother is now a “savior” as the constant tracking of individuals and the people they come in contact with is portrayed as the only solution to save lives.

Telling fact: Theresa Tam, Canada’s Chief Public Health Officer, who is currently at the forefront of the country’s pandemic response (while fully abiding by the WHO’s guidelines) appeared in bizarre 2010 movie about a pandemic. The movie “OUTBREAK: Anatomy of a Plague” is about the fictional scenario of the resurgence of smallpox in Canada. What she says during the movie is stunning.

The True Agenda of the WHO: A New World Order Modeled After China
Theresa Tam in the movie “Outbreak: Anatomy of a Plague”.

In the movie, Tam talks about measures to be taken if there’s an outbreak of smallpox. She says:
“If there are people who are non-compliant, there are definitely laws and public health powers that can quarantine people in mandatory settings.”
She adds:
“It’s potential you can track people, put bracelets on their arms, have police and other setups to ensure quarantine.”
The narrator of the movie continues:
“Police checkpoints are set up on all the bridges and everyone leaving the city required to show proof of vaccination. Those who refuse to cooperate are taken away to temporary detention centers.”
Since the beginning of the COVID outbreak, the WHO has been steadily guiding the world towards a police state until the release of an approved vaccine. In many ways, the WHO is looking for the entire world to follow the lead of the most advanced high-tech police state in the world: China.

Through its Orwellian social credit system, its horrific re-education camps, its brutal suppression of dissenting voices, and its constant surveillance of its population, China has been a laboratory for a high-tech new world order. Furthermore, several elite-connected corporations have been aiding China to achieve its aims. Unsurprisingly enough, the WHO has been steadily praising this oppresive regime.
The True Agenda of the WHO: A New World Order Modeled After China
WHO director-general Tedros Ghebreyesus with the General Secretary of the Communist Party of China Xi Jinping.
Here’s an extremely symbolic tweet Ghebreyesus’ official account:
The True Agenda of the WHO: A New World Order Modeled After China
At center of the above picture is the hindu deity Shiva, also known as “The Destroyer”. Through destruction, Shiva enables profound transformation. This goes in hand with the elite’s favorite motto: Order Out of Chaos.
Telling fact: There’s also a prominent statue of Shiva at CERN.
The True Agenda of the WHO: A New World Order Modeled After China
A screenshot taken from the CERN website about the unveiling of its Shiva statue in 2004.

The WHO has been handling this pandemic in a very specific manner. When the virus was solely contained in China, the WHO denounced governments that were looking to restrict travel originating from China.

Despite every ounce of common sense, the WHO claimed that restricting travel would not be effective against the spreading of the virus. Once the virus spread across the world, the WHO then pushed for the most the restrictive and destructive confinement policies in human history, causing a massive crash of the economy and a complete reshaping society.

In this unhealthy environment, the WHO strived and went for massive power grabs. The organization is now pushing for the prolonging of these measures and the creation of high-tech police states while waiting for the only cure it will ever approve: A universal vaccine. Considering the fact that Bill Gates is the current top funder of the WHO and that he is also part of ID2020 – which is advocating for using vaccines to create a digital ID using a tattoo or a microchip – we can clearly see what is the true agenda of the WHO: To create a worldwide China.

"Berfikir tanpa kotak"

Ar Ra'isul Mutakallim, Tabligh Ki Zabaan (Lidah Tabligh) Hadrat Maulana Umar Palanpuri Rahmatullahu 'alaihi berkata: "Orang yang kuat adalah orang yang sanggup bertahan dalam arus kerosakan. Orang yang lebih kuat adalah orang yang sanggup melawan arus kerosakan. Namun orang yang paling kuat adalah orang yang sanggup merubah arah arus kerosakan hingga menjadi akannya arus kebaikan.”

“Dajjal bersama tenteranya mempunyai kekuatan yang amat istimewa dan amat tersusun. Begitu juga Yakjuj dan Makjuj membuat huru-hara di seluruh dunia. Kehebatan mereka tiada siapa yang dapat melawan dan orang beriman berundur dengan hanya makan zikir dan tasbih."

"Allah zahirkan kudratnya hanya dengan labah-labah yang kecil dijadikan asbab untuk menggigit tengkuk-tengkuk mereka hingga mati. Mayat mereka begitu busuk diseluruh dunia. Orang beriman tidak tahan terus berdoa pada Allah. Allah ta'ala hantarkan hujan dan banjir menghanyutkan mereka ke laut. Inilah yang akan berlaku di akhir zaman nanti."

"Amalan dakwah memisahkan hak dan batil seperti air menghanyutkan sampah dari emas dan logam-logam yang lain. Namun pekerja² agama jika wujud cinta dunia dalam hati mereka seperti emas dan disaluti logam-logam lain, maka banyak masalah yang akan timbul.”