Tuan Guru Syeikh Muhammad Nuruddin Marbu Al Banjari Al Makki Hafizohullah |
BANTUAN ALLAH DENGAN JAMAAH (21/0.2020)
[Nota: Hadhrat Tuan Guru menyentuh secara umum soal jamaah & tidak menyentuh permaslahan khilafiatnya. Harap dapat menjauhkan diri dari soal khilafiat jamaah.]
Apakah menjadi suatu kesalahan jika kita mencari jalan yang lebih seimbang antara fatwa dan taqwa dalam menangani krisis #Covid19 ini?
(قل الحق ولو كان مرا)
Qulil haq walau kana murron
(Katakanlah kebenaran walaupun ianya pahit)
Sampaikanlah (olehmu sekalian) dariku meskipun hanya satu ayat
(بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً)
Para Ulama dan Ahlul Haq semakin berkurangan di kalangan umat ini. Mereka ini akan sentiasa berani dalam berkata benar.
Percakapan mereka itu adalah percakapan Iman atas Taqwa bukan semata-mata Iman atas fatwa.
Lalu seringkali percakapan mereka itu diputarbelit, disensasikan & dimanipulasi oleh hati² yang rosak & yang sengaja tidak ingin mengambil manfaat dan hikmah dari kata² mereka itu.
Namun, sesungguhnya kalam mereka itu perlu disampaikan dalam apa keadaan sekalipun.
(قل الحق ولو كان مرا)
Sewajarnya kita mengambil iktibar dari saranan² mereka sebagai mengimbangi sebarang ketakutan makhluk, kelemahan dalam iman & perilaku amalan kita.
Tuan Guru Syeikh Muhammad Nuruddin Marbu Al Banjari Al Makki Hafizohullah
Nasihat berkenaan sekatan kegiatan perhimpunan di Masjid
18/03/2020
📄📄
Malfuzat/Nasihat Hadhrat Maulānā Sheikh Muhammād Sa'ād al Kandhlawi Damat Barakatuh
Ahwal (keadaan/kondisi²) yang datang dari ALLĀH ﷻ dari sebab kerosakan kita, tidak akan pergi tanpa 'Ibādah. Menutup pintu² 'Ibadah (yaqni Masājid) bukanlah penyelesaiannya. Sebaliknya, Hālāth (ahwal) yang sepatutnya tiba dalam masa beberapa tahun itu, akan turun dalam hanya beberapa hari sahaja jika kita menghentikan usaha² untuk berhubungan dengan ALLĀH ﷻ (yaqni dipercepatkan masanya).
📄📄
عَنْ
أَبِى ذَرٍّ قَالَ أَمَرَنِى خَلِيلِى -صلى الله عليه وسلم- بِسَبْعٍ أَمَرَنِى
بِحُبِّ الْمَسَاكِينِ وَالدُّنُوِّ مِنْهُمْ وَأَمَرَنِى أَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ
هُوَ دُونِى وَلاَ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقِى وَأَمَرَنِى أَنْ أَصِلَ
الرَّحِمَ وَإِنْ أَدْبَرَتْ وَأَمَرَنِى أَنْ لاَ أَسْأَلَ أَحَداً شَيْئاً
وَأَمَرَنِى أَنْ أَقُولَ بِالْحَقِّ وَإِنْ كَانَ مُرًّا وَأَمَرَنِى أَنْ لاَ
أَخَافَ فِى اللَّهِ لَوْمَةَ لاَئِمٍ وَأَمَرَنِى أَنْ أُكْثِرَ مِنْ قَوْلِ لاَ
حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ فَإِنَّهُنَّ مِنْ كَنْزٍ تَحْتَ
الْعَرْشِ
Dari Abu Dzaar, ia berkata, “Kekasihku Rasulullah ﷺ memerintahkan tujuh hal padaku :
(1) mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka.
(2) beliau memerintah agar melihat pada orang di bawahku (dalam hal harta) dan janganlah lihat pada orang yang berada di atasku.
(3) beliau memerintahkan padaku untuk menyambung tali silaturahim (hubungan kerabat) walau kerabat tersebut bersikap kasar.
(4) beliau memerintahkan padaku agar tidak meminta-minta pada seorang pun.
(5) beliau memerintahkan untuk mengatakan yang benar walau itu pahit.
(6) beliau memerintahkan
padaku agar tidak takut terhadap celaan saat berdakwa di jalan Allah.
(7) beliau memerintahkan agar memperbanyak ucapan “laa hawla wa laa quwwata illa billah” (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah), karena kalimat tersebut termasuk simpanan di bawah ‘Arsy”.
(HR. Ahmad 5: 159. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih, namun sanad hadits ini hasan karena adanya Salaam Abul Mundzir)
Di Kitab Syarah Misykatul Mashobih dalam redaksi hadits lain yang sedikit berbeda, tertulis :
Abu Dzar berkata : "Tambahkanlah wasiyatnya Wahai Rasulullah ﷺ "
Rasulullah ﷺ bersabda : " katakanlah yang benar walaupun kebenaran itu pahit ". (HR. Ahmad, At Thobarani, Ibnu Hibban dan Al Hakim ), Al Hakim berkata : "Sanadnya Shohih".
Maksudnya: "katakanlah yang benar walaupun perkataan yang benar itu sulit dan sangat berat bagi diri sendiri atau bagi orang orang yang ahli kebatilan yang bersenang-senang dengan manisnya nafsu. Sebagaimana syair : " Engkau tidak akan mencapai kemuliaan hingga engkau merasakan kesabaran ". At-thiby berkata : Serupa dengan amar ma'ruf nahyi mungkar dengan kesabaran, kepada orang yang tidak menyukai keduanya , Karena sesungguhnya itu pahit rasanya tetapi akibatnya terpuji.
Wallahu a'lam
(7) beliau memerintahkan agar memperbanyak ucapan “laa hawla wa laa quwwata illa billah” (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah), karena kalimat tersebut termasuk simpanan di bawah ‘Arsy”.
(HR. Ahmad 5: 159. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih, namun sanad hadits ini hasan karena adanya Salaam Abul Mundzir)
Di Kitab Syarah Misykatul Mashobih dalam redaksi hadits lain yang sedikit berbeda, tertulis :
قلت
: زدني . قال : " قل الحق وإن كان مرا
Abu Dzar berkata : "Tambahkanlah wasiyatnya Wahai Rasulullah ﷺ "
Rasulullah ﷺ bersabda : " katakanlah yang benar walaupun kebenaran itu pahit ". (HR. Ahmad, At Thobarani, Ibnu Hibban dan Al Hakim ), Al Hakim berkata : "Sanadnya Shohih".
(
قلت : زدني قال : قل الحق وإن كان ) أي : وإن كان قول الحق على النفس أو عند أهل
الباطل المتلهين بالحلويات النفسانية ( مرا ) أي : صعب المذاق وشديد المشاق وأنشد :
لن تبلغ المجد حتى تلعق الصبرا قال الطيبي : شبه الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر
في من يأباهما بالصبر ، فإنه مر المذاق لكن عاقبته محمودة .
Maksudnya: "katakanlah yang benar walaupun perkataan yang benar itu sulit dan sangat berat bagi diri sendiri atau bagi orang orang yang ahli kebatilan yang bersenang-senang dengan manisnya nafsu. Sebagaimana syair : " Engkau tidak akan mencapai kemuliaan hingga engkau merasakan kesabaran ". At-thiby berkata : Serupa dengan amar ma'ruf nahyi mungkar dengan kesabaran, kepada orang yang tidak menyukai keduanya , Karena sesungguhnya itu pahit rasanya tetapi akibatnya terpuji.
Wallahu a'lam
No comments
Post a Comment