بسم الله الرحمن الرحيم
Sejarah Awal Yahudi Ashkenazi
Oleh: Ahmed Thomson
Oleh: Ahmed Thomson
Adalah mungkin bahwa sebagian dari Yahudi Khazar juga mengadakan perjalanan ke Spanyol dan menetap disana, meski tidaklah mungkin untuk memastikan persisnya berapa banyak jumlahnya. Pasti Yahudi Khazar melakukan kontak dengan Pusat Talmud Spanyol milik pemerintah, sebagaimana ditunjukkan oleh Douglas Reed:
Fakta itu dijadikan bukti dalam surat menyurat antara Hasdai ibn Shaprut, Menteri Luar Negeri Khalifah Abd ar-Rahman, Sultan Cordova, dengan Raja Joseph dari Kerajaan Khazars, yang dipertukarkan sekitar tahun 960 M. Ensiklopedi Yahudi mengatakan bahwa ilmuwan-ilmuwan Yahudi tidak mempunyai keraguan menyangkut keaslian dari surat menyurat ini, di mana kata Ashkenazi untuk pertama kali muncul, menandakan penguraian yang tajam sampai dewasa ini kepada kelompok Yahudi yang tidak dikenal waktu itu ‘Yahudi Timur' dan sebagai indikasi adanya hubungan dengan bangsa Slav.
Terdapat juga referensi lain yang direkam mengenai kontak antara kedua kelompok utama Yahudi ini: Profesor Graetz, misalnya, ketika menggambarkan akhir daripada kehancuran kerajaan Yahudi Khazar, menyatakan bahwa, "Seolah-olah Andalusia adalah sebuah negara Yahudi, para putra Chagan atau raja yang terakhir Khazars, seperti mereka yang sedang dalam pengasingan, juga mencari tempat perlindungan di Spanyol."
Dengan cara yang sama, Ibrahim ibn Daud dalam bukunya, Sefer ha-Kabbalah , yang yang ditulis dalam tahun 1161, menyatakan bahwa ia telah "melihat di Toledo sebagian dari keturunan bangsa Khazars, para murid orang bijaksana, dan mereka mengatakan kepada kami bahwa sisa dari mereka mengikuti keyakinan Rabbanite-ajaran Rabbi Yahudi . "
Bagaimanapun juga hal itu akan muncul walaupun dari ketiadaan rekaman catatan referensi yang menyeluruh bahwa setiap kontak yang terjadi antara dua kelompok yang sangat berbeda ini, yaitu antara Yahudi Khazars di Rusia dengan Yahudi Sephardhic di Spanyol, selama periode pemerintahan Muslim di Spanyol, yang sifatnya terbatas - barangkali sebagiannya - karena Khazars di Timur dipandang dengan suatu tingkat kecurigaan tertentu oleh Sephardhim di Barat. Seperti dijelaskan D.M. Dunlop dalam bukunya berjudul, The History of the Jewish Khazars:
Mereka diwakili karena jauh dari pusat-pusat agama Yahudi, sedikit diketahui, dan merupakan obyek dugaan dibanding pengamatan atau opini terbuka. Hal itu merupakan keterpencilan fisik tersendiri yang menentukan sikap dari penguasa Yahudi, seperti yang tercermin dalam karya kesusasteraan kami. Alasan pengabaian resmi mengenai Khazars adalah, setidaknya sebagian, karena ketaatan mereka yang tidak sempurna kepada praktek ajaran agama Yahudi.
Maka hampir bisa dipastikan bahwa Yahudi Khazar tergantung sebagian besar kepada Yahudi Timur Tengah sampai ke Selatan, terutama mereka yang telah bermukim di Yunani dan Turki, untuk pengetahuan mereka mengenai ajaran Talmud agama Yahudi. Kebanyakan pengarang menyepakati hal ini, dan sebagai contoh Professor Graetz, menyatakan bahwa bangsa Khazars mengenal agama Yahudi dari Yahudi Yunani yang melarikan diri dari "ketidak toleranan kaisar Byzantium Leo dalam semangatnya untuk mengkonversi mereka menjadi Kristen."
Bagaimanapun juga hal itu akan muncul, bahwa hubungan antara Yahudi Khazar di Rusia dan Yahudi Timur Tengah di Yunani dan Turki sampai taraf tertentu dibatasi - meski jelas tidak sebanyak seperti kasus Yahudi Sephardhim di Spanyol – lagi-lagi, kembali karena alasan yang diberikan oleh D.M. Dunlop, yang dikutip di atas, dan terutama ketika kerajaan Khazar mulai hancur dan bangsa Khazars mulai melakukan perjalanan mereka ke arah utara dan arah barat ke Rusia, Hungaria dan Polandia.
Fakta itu dijadikan bukti dalam surat menyurat antara Hasdai ibn Shaprut, Menteri Luar Negeri Khalifah Abd ar-Rahman, Sultan Cordova, dengan Raja Joseph dari Kerajaan Khazars, yang dipertukarkan sekitar tahun 960 M. Ensiklopedi Yahudi mengatakan bahwa ilmuwan-ilmuwan Yahudi tidak mempunyai keraguan menyangkut keaslian dari surat menyurat ini, di mana kata Ashkenazi untuk pertama kali muncul, menandakan penguraian yang tajam sampai dewasa ini kepada kelompok Yahudi yang tidak dikenal waktu itu ‘Yahudi Timur' dan sebagai indikasi adanya hubungan dengan bangsa Slav.
Terdapat juga referensi lain yang direkam mengenai kontak antara kedua kelompok utama Yahudi ini: Profesor Graetz, misalnya, ketika menggambarkan akhir daripada kehancuran kerajaan Yahudi Khazar, menyatakan bahwa, "Seolah-olah Andalusia adalah sebuah negara Yahudi, para putra Chagan atau raja yang terakhir Khazars, seperti mereka yang sedang dalam pengasingan, juga mencari tempat perlindungan di Spanyol."
Dengan cara yang sama, Ibrahim ibn Daud dalam bukunya, Sefer ha-Kabbalah , yang yang ditulis dalam tahun 1161, menyatakan bahwa ia telah "melihat di Toledo sebagian dari keturunan bangsa Khazars, para murid orang bijaksana, dan mereka mengatakan kepada kami bahwa sisa dari mereka mengikuti keyakinan Rabbanite-ajaran Rabbi Yahudi . "
Bagaimanapun juga hal itu akan muncul walaupun dari ketiadaan rekaman catatan referensi yang menyeluruh bahwa setiap kontak yang terjadi antara dua kelompok yang sangat berbeda ini, yaitu antara Yahudi Khazars di Rusia dengan Yahudi Sephardhic di Spanyol, selama periode pemerintahan Muslim di Spanyol, yang sifatnya terbatas - barangkali sebagiannya - karena Khazars di Timur dipandang dengan suatu tingkat kecurigaan tertentu oleh Sephardhim di Barat. Seperti dijelaskan D.M. Dunlop dalam bukunya berjudul, The History of the Jewish Khazars:
Mereka diwakili karena jauh dari pusat-pusat agama Yahudi, sedikit diketahui, dan merupakan obyek dugaan dibanding pengamatan atau opini terbuka. Hal itu merupakan keterpencilan fisik tersendiri yang menentukan sikap dari penguasa Yahudi, seperti yang tercermin dalam karya kesusasteraan kami. Alasan pengabaian resmi mengenai Khazars adalah, setidaknya sebagian, karena ketaatan mereka yang tidak sempurna kepada praktek ajaran agama Yahudi.
Maka hampir bisa dipastikan bahwa Yahudi Khazar tergantung sebagian besar kepada Yahudi Timur Tengah sampai ke Selatan, terutama mereka yang telah bermukim di Yunani dan Turki, untuk pengetahuan mereka mengenai ajaran Talmud agama Yahudi. Kebanyakan pengarang menyepakati hal ini, dan sebagai contoh Professor Graetz, menyatakan bahwa bangsa Khazars mengenal agama Yahudi dari Yahudi Yunani yang melarikan diri dari "ketidak toleranan kaisar Byzantium Leo dalam semangatnya untuk mengkonversi mereka menjadi Kristen."
Bagaimanapun juga hal itu akan muncul, bahwa hubungan antara Yahudi Khazar di Rusia dan Yahudi Timur Tengah di Yunani dan Turki sampai taraf tertentu dibatasi - meski jelas tidak sebanyak seperti kasus Yahudi Sephardhim di Spanyol – lagi-lagi, kembali karena alasan yang diberikan oleh D.M. Dunlop, yang dikutip di atas, dan terutama ketika kerajaan Khazar mulai hancur dan bangsa Khazars mulai melakukan perjalanan mereka ke arah utara dan arah barat ke Rusia, Hungaria dan Polandia.
Adalah menarik untuk dicatat agar jelas permasalahannya, dimana dalam hal ini Hasdai ibn Shaprut bertanya dalam suratnya kepada Raja Joseph apakah suku Yahudi Khazar mempunyai hubungan dengan sepuluh suku 'yang hilang' – yaitu sepuluh suku dari Israel yang seperti kita telah ketahui, menjadi dikenal sebagai bangsa Israel (sebagai lawan dua yang lain, yang menjadi dikenal sebagai Judahites), dan siapa yang dipungkiri oleh Judahites, dan siapa yang 'hilang' setelah terjadi penaklukkan oleh bangsa Assyria.
Raja Joseph dengan pasti menyatakan di dalam jawabannya bahwa tidak ada hubungan seperti apapun juga. Dalam menjelaskan silsilah dari rakyatnya, Raja Joseph, tulis Arthur Koestler di dalam bukunya, the Thirteenth Tribe , "tidak bisa dan tidak, klaim bagi keturunan Semit; ia merunut jalur keluarga mereka bukan kepada Sem tetapi kepada putra Nuh yang ketiga, Yafet; atau lebih tepat kepada cucu lelaki Yafet, Togarma, nenek moyang semua suku Turki. "
Jawaban dari Raja Joseph sangat penting, tidak hanya karena menunjukkan dengan meyakinkan bahwa Yahudi Khazar bukanlah semitik, tetapi juga karena, seperti kita akan lihat dalam rincian yang lebih besar selanjutnya dalam buku ini, insya'Allah, paman Togarma, menurut Kitab Kejadian 102-3, adalah Ma'juj (Magog).
Ini berarti bahwa sangat mungkin bahwa nubuatan-nubuatan Bibel dan al-Qur'an, berserta nubuatan-nubuatan yang dibuat oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengenai Ya'juj wa Ma'juj (Gog dan Magog), secara langsung relevan terhadap aktivitas dan tujuan masa depan Yahudi Khazar.
Douglas Reed meringkas perbedaan-perbedaan yang pokok antara Ashkenazim Turki dan Sephardhim Semit dalam kata-kata seperti ini:
Masyarakat Turco-Mongolian Ashkenazim ini, kemudian terpisah dalam setiap unsur keterpeliharaan kepercayaan Yahudi yang sebelumnya dikenal sampai ke dunia Barat, Sephardhim.
Memegang pemerintahan Talmudic dengan tangan besi di Timur serta menguasai masyarakat baru yang kompak ini [Yahudi Khazar], dalam berabad-abad berikutnya, menjadi longgar dalam masyarakat-masyarakat yang tersebar ke Barat.
Lagi-lagi kembali hal ini adalah sangat penting, terutama dalam kaitan apa yang terjadi pada Yahudi Khazar selama abad yang kesebelas dan seterusnya, ketika kerajaan mereka mulai pecah, dan mereka mulai bertebaran kemana-mana, sewaktu mereka meninggalkan negerinya seperti mempunyai rekan pendamping Sephardhic, namun mereka mengalami kesengsaraan-kesengsaraan dan penderitaan yang sama di pengadilan-pengadilan.
Ashkenazim menyebar ke arah utara wilayah Rusia, kemudian ke arah barat wilayah Eropa lainnya. Kemana saja mereka pergi, mereka menjumpai perlawanan sengit dari orang Kristen Eropa abad pertengahan, karena orang Kristen secara keliru percaya bahwa Jesus telah disalib - sebuah peristiwa - yang ironinya tidak pernah terjadi - dan bahwa sebagian Yahudi bertanggungjawab atas tuduhan penyaliban, kemudian menganiaya mereka dan dituduh sebagai 'para pembunuh Kristus'. Yahudi Khazar tidak hanya menerima warisan agama kuno Yahudi Sephardhic, tetapi juga cacat yang dikaitkan kepada mereka oleh orang Kristen Eropa.
Lebih lanjut, karena Ashkenazim terlibat berat dalam riba - yang mutlak dilarang dalam semua bentuk ajaran asli – baik Musa, Isa ‘Alaihi Sallam maupun Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam , - mereka membuat marah orang-orang Kristen Eropa, namun kenyataannya kemurkaan Allah lebih lagi – apakah karena mereka melakukan tindakannya sebagai bentuk penentangan terbuka kepada perintah-perintah Allah, atau karena mereka ingin menjadi kaya-raya dan berpengaruh dari hasil aktivitas dalam sistem keuangan mereka yang ribawi.
Akibatnya, orang-orang 'Yahudi Eropa seringkali tidak diberikan status kewarganegraan penuh di negara-negara di mana mereka tinggal, dan ketika dalam keadaan sulit, kesalahkan selalu ditimpakan kearah mereka dan pembunuhan berencana diikuti pembunuhan berencana lainnya.
Sebagiannya, oleh karena dianiaya oleh orang-orang Kristen Eropa Abad Pertengahan, sehingga orang-orang Yahudi terus menerus berpindah-pindah tempat di Eropa dan bahkan sampai ke Spanyol, di mana mereka diperlakukan dengan penuh toleransi oleh para penguasa Muslim, sesuai dengan Hukum Dzimmah - Dhimma Contract , sampai Inquisi Spanyol. Dalam pergantian abad berikutnya, sejumlah besar Ashkenazim berpindah tempat ke Amerika, wilayah baru mereka dengan harapan dan janji.
Penyebaran berangsur-angsur Yahudi Khazar ini ke wilayah Rusia Tengah dan menyebrang ke wilayah Eropa lainnya, dan pada akhirnya seperti yang digambarkan oleh Michael Rice dalam bukunya, False Inheritance - Warisan Palsu, di dalam kata-kata ini:
Pada waktunya, Khazars menghilang sebagai suatu kesatuan yang terpisah; tetapi pada waktu itu agama Yahudi sudah dengan kuat tertanam di antara sejumlah besar petani-petani, para petani penggarap dan orang-orang kota rendah hati yang tinggal di Rusia Selatan.
Secara berangsur-angsur sebagian dari kelebihan penduduk mereka diarahkan ke barat, pada umumnya mereka menetap di kota-kota Eropa Timur, meskipun demikian masyarakat-masyarakat asli selalu menunjukkan dengan kuat sifat petaninya. Mereka datang mewakili sebuah lapisan masyarakat yang penting dalam garis keturunan Yahudi Ashkenazi, setelah berpindah tempat ke Polandia, Lithuania dan Hungaria.
Perlu kiranya disebutkan juga untuk memberikan kejelasan bahwa walaupun beberapa dari Yahudi Ashkenazi dewasa ini berusaha menyangkal asal-muasal mereka - untuk alasan-alasan yang jelas - tidak ada bantahan mengenai kebenaran asal-muasal dan sejarah Yahudi Khazar itu, seperti yang dijelaskan oleh Michael Rice, dimana ia diberi kedudukan kuat oleh ilmuwan-ilmuwan yang mempunyai reputasi baik, jauh sebelum masalah itu menjadi subjek yang kontroversial:
Pengaruh penting dari Khazars terhadap jalur keluarga orang Yahudi Eropa kini secara umum diterima oleh sejarawan-sejarawan yang sudah mempertimbangkan permasalahannya, meskipun demikian dapat dimengerti bahwa kesimpulan-kesimpulan mereka belum disambut oleh para pendiri negara Israel. Untuk menerima disertasi seperti itu tetap akan membuat omong kosong lebih besar dari klaim Israel bahwa dunia Yahudi berasal dari keturunan penghuni pre-Exilic – sebelum periode pengasingan dari Palestina.
Arthur Koestler, seorang Polymath yang kompleks dan wartawan memperkenalkan keberadaan Khazars secara luas kepada publik yang tidak-profesional dan dituliskannya dalam sebuah buku berjudul “The Thirteenth Tribe”. Dalam hal ini Koestler meringkas, dengan tenang dan rapi seperti ketika ia selalu mengembangkan suatu bukti atau alasan yang tidak mudah dibantah, apa yang dengan jelas menjadikan banyak para pembacanya terkejut, adalah mengenai bagian yang dimainkan oleh Khazars dalam sejarah orang Yahudi Eropa.
Bagaimanapun juga, ia sungguh merasa tidak nyaman untuk menunjukkannya, menemukan sejarah mereka bagi dirinya sendiri (Arthur Koestler sendiri seorang Yahudi Ashkenazi). Studi dari Khazars termasuk mengenai sumbangan mereka terhadap keturunan darah Ashkenazi merupakan sebuah bidang ilmu pengetahuan abad ke-19, yang waktu itu dalam setiap pengertiannya dipertimbangkan bukan sebagai hal yang kontroversial.
Hal ini menjadi masalah ketika berbenturan dengan Zionisme, dan dengan fakta yang sangat jelas atas keberadaan Yahudi Khazar membuat omong kosong mengenai kosep Zionis ‘kembali' ke Israel, kemudian masalahnya menjadi kontroversial namun tidak semata-mata karena ilmu pengetahuan yang stolid. Tidak ada ilmuwan Yahudi pada abad ke-19 yang memikirkan masalah ini dengan ragu-ragu akan sumbangan Khazar kepada nenek moyangnya, dann pasti tidak akan dirahasiakannya.
Lebih dari itu, ilmuwan-ilmuwan Israel tidak mencoba membandingkan argumentasi secara serius, mereka lebih menyukai menghilangkannya, menyangkal keberadaan dari bukti yang mendukungnya ketika mereka melakukannya, dan mempresentasikan sebagai gantinya penyamaan istilah 'Israel = Yahudi = bangsa Israel = Yahudi = Israel'. Jadi dengan demikian yang diperkenalkan, bagaimanapun juga, penyamaannya nampak banyak kekurangan kredibilitas yang absolut, namun itu mewakili satu ungkapan dongeng yang merupakan inti dari klaim Israel atas rangkaian historis di Palestina.
Adalah menarik untuk dicatat agar jelas permasalahannya, sebagaimana kita telah melihatnya, penyamaan ini bahkan tidak berlaku bagi Sephardhim, biarkan Ashkenazim sendirian, hanya karena Sepharlhim - atau Yahudi Oriental – keurunan utama, (abaikan sementara pengantar tentang darah segar dan gen-gen yang diakibatkan oleh proselytism – perpindahan agama , inter-marriage - perkawinan dengan sanak keluarga dan inter-breeding - perkawinan dengan golongan lain selama berabad-abad, terutama selama periode Hellenistic), dari suku bangsa Judahites dan Levites, kedua suku yang terpisahkan sendiri dari sepuluh suku Israel lainnya (yang secara bersama selalu dikenal sebagai 'bangsa Israel') yang kemudian dikenal sebagai 'Judahites', lalu sebagai 'Judeans', dan kemudian sebagai 'Bangsa Yahudi'.
Judahites yang asli, dari mana Talmudic Judaism berasal, tidak pernah disebut 'bangsa Israel - atau sedikitnya tidak, sampai Zionis datang kesini - dan akan nyata sekali merupakan penghinaan, bila siapa saja pernah digambarkan sedemikian itu.
Penyebaran yang tersebar luas Yahudi Khazar pertama ke Rusia Tengah dan kemudian ke arah barat kedalam wilayah Eropa lainnya adalah sangat penting, karena apa yang terjadi setelah Yahudi Sephardhic diusir dari Spanyol dalam tahun 1492.
Diterjemahkan oleh: akhirzaman.info
Courtesy: Excerpted from The Next World Order by Ahmad Thomson, Copyright © 1994.
Raja Joseph dengan pasti menyatakan di dalam jawabannya bahwa tidak ada hubungan seperti apapun juga. Dalam menjelaskan silsilah dari rakyatnya, Raja Joseph, tulis Arthur Koestler di dalam bukunya, the Thirteenth Tribe , "tidak bisa dan tidak, klaim bagi keturunan Semit; ia merunut jalur keluarga mereka bukan kepada Sem tetapi kepada putra Nuh yang ketiga, Yafet; atau lebih tepat kepada cucu lelaki Yafet, Togarma, nenek moyang semua suku Turki. "
Jawaban dari Raja Joseph sangat penting, tidak hanya karena menunjukkan dengan meyakinkan bahwa Yahudi Khazar bukanlah semitik, tetapi juga karena, seperti kita akan lihat dalam rincian yang lebih besar selanjutnya dalam buku ini, insya'Allah, paman Togarma, menurut Kitab Kejadian 102-3, adalah Ma'juj (Magog).
Ini berarti bahwa sangat mungkin bahwa nubuatan-nubuatan Bibel dan al-Qur'an, berserta nubuatan-nubuatan yang dibuat oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengenai Ya'juj wa Ma'juj (Gog dan Magog), secara langsung relevan terhadap aktivitas dan tujuan masa depan Yahudi Khazar.
Douglas Reed meringkas perbedaan-perbedaan yang pokok antara Ashkenazim Turki dan Sephardhim Semit dalam kata-kata seperti ini:
Masyarakat Turco-Mongolian Ashkenazim ini, kemudian terpisah dalam setiap unsur keterpeliharaan kepercayaan Yahudi yang sebelumnya dikenal sampai ke dunia Barat, Sephardhim.
Memegang pemerintahan Talmudic dengan tangan besi di Timur serta menguasai masyarakat baru yang kompak ini [Yahudi Khazar], dalam berabad-abad berikutnya, menjadi longgar dalam masyarakat-masyarakat yang tersebar ke Barat.
Lagi-lagi kembali hal ini adalah sangat penting, terutama dalam kaitan apa yang terjadi pada Yahudi Khazar selama abad yang kesebelas dan seterusnya, ketika kerajaan mereka mulai pecah, dan mereka mulai bertebaran kemana-mana, sewaktu mereka meninggalkan negerinya seperti mempunyai rekan pendamping Sephardhic, namun mereka mengalami kesengsaraan-kesengsaraan dan penderitaan yang sama di pengadilan-pengadilan.
Ashkenazim menyebar ke arah utara wilayah Rusia, kemudian ke arah barat wilayah Eropa lainnya. Kemana saja mereka pergi, mereka menjumpai perlawanan sengit dari orang Kristen Eropa abad pertengahan, karena orang Kristen secara keliru percaya bahwa Jesus telah disalib - sebuah peristiwa - yang ironinya tidak pernah terjadi - dan bahwa sebagian Yahudi bertanggungjawab atas tuduhan penyaliban, kemudian menganiaya mereka dan dituduh sebagai 'para pembunuh Kristus'. Yahudi Khazar tidak hanya menerima warisan agama kuno Yahudi Sephardhic, tetapi juga cacat yang dikaitkan kepada mereka oleh orang Kristen Eropa.
Lebih lanjut, karena Ashkenazim terlibat berat dalam riba - yang mutlak dilarang dalam semua bentuk ajaran asli – baik Musa, Isa ‘Alaihi Sallam maupun Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam , - mereka membuat marah orang-orang Kristen Eropa, namun kenyataannya kemurkaan Allah lebih lagi – apakah karena mereka melakukan tindakannya sebagai bentuk penentangan terbuka kepada perintah-perintah Allah, atau karena mereka ingin menjadi kaya-raya dan berpengaruh dari hasil aktivitas dalam sistem keuangan mereka yang ribawi.
Akibatnya, orang-orang 'Yahudi Eropa seringkali tidak diberikan status kewarganegraan penuh di negara-negara di mana mereka tinggal, dan ketika dalam keadaan sulit, kesalahkan selalu ditimpakan kearah mereka dan pembunuhan berencana diikuti pembunuhan berencana lainnya.
Sebagiannya, oleh karena dianiaya oleh orang-orang Kristen Eropa Abad Pertengahan, sehingga orang-orang Yahudi terus menerus berpindah-pindah tempat di Eropa dan bahkan sampai ke Spanyol, di mana mereka diperlakukan dengan penuh toleransi oleh para penguasa Muslim, sesuai dengan Hukum Dzimmah - Dhimma Contract , sampai Inquisi Spanyol. Dalam pergantian abad berikutnya, sejumlah besar Ashkenazim berpindah tempat ke Amerika, wilayah baru mereka dengan harapan dan janji.
Penyebaran berangsur-angsur Yahudi Khazar ini ke wilayah Rusia Tengah dan menyebrang ke wilayah Eropa lainnya, dan pada akhirnya seperti yang digambarkan oleh Michael Rice dalam bukunya, False Inheritance - Warisan Palsu, di dalam kata-kata ini:
Pada waktunya, Khazars menghilang sebagai suatu kesatuan yang terpisah; tetapi pada waktu itu agama Yahudi sudah dengan kuat tertanam di antara sejumlah besar petani-petani, para petani penggarap dan orang-orang kota rendah hati yang tinggal di Rusia Selatan.
Secara berangsur-angsur sebagian dari kelebihan penduduk mereka diarahkan ke barat, pada umumnya mereka menetap di kota-kota Eropa Timur, meskipun demikian masyarakat-masyarakat asli selalu menunjukkan dengan kuat sifat petaninya. Mereka datang mewakili sebuah lapisan masyarakat yang penting dalam garis keturunan Yahudi Ashkenazi, setelah berpindah tempat ke Polandia, Lithuania dan Hungaria.
Perlu kiranya disebutkan juga untuk memberikan kejelasan bahwa walaupun beberapa dari Yahudi Ashkenazi dewasa ini berusaha menyangkal asal-muasal mereka - untuk alasan-alasan yang jelas - tidak ada bantahan mengenai kebenaran asal-muasal dan sejarah Yahudi Khazar itu, seperti yang dijelaskan oleh Michael Rice, dimana ia diberi kedudukan kuat oleh ilmuwan-ilmuwan yang mempunyai reputasi baik, jauh sebelum masalah itu menjadi subjek yang kontroversial:
Pengaruh penting dari Khazars terhadap jalur keluarga orang Yahudi Eropa kini secara umum diterima oleh sejarawan-sejarawan yang sudah mempertimbangkan permasalahannya, meskipun demikian dapat dimengerti bahwa kesimpulan-kesimpulan mereka belum disambut oleh para pendiri negara Israel. Untuk menerima disertasi seperti itu tetap akan membuat omong kosong lebih besar dari klaim Israel bahwa dunia Yahudi berasal dari keturunan penghuni pre-Exilic – sebelum periode pengasingan dari Palestina.
Arthur Koestler, seorang Polymath yang kompleks dan wartawan memperkenalkan keberadaan Khazars secara luas kepada publik yang tidak-profesional dan dituliskannya dalam sebuah buku berjudul “The Thirteenth Tribe”. Dalam hal ini Koestler meringkas, dengan tenang dan rapi seperti ketika ia selalu mengembangkan suatu bukti atau alasan yang tidak mudah dibantah, apa yang dengan jelas menjadikan banyak para pembacanya terkejut, adalah mengenai bagian yang dimainkan oleh Khazars dalam sejarah orang Yahudi Eropa.
Bagaimanapun juga, ia sungguh merasa tidak nyaman untuk menunjukkannya, menemukan sejarah mereka bagi dirinya sendiri (Arthur Koestler sendiri seorang Yahudi Ashkenazi). Studi dari Khazars termasuk mengenai sumbangan mereka terhadap keturunan darah Ashkenazi merupakan sebuah bidang ilmu pengetahuan abad ke-19, yang waktu itu dalam setiap pengertiannya dipertimbangkan bukan sebagai hal yang kontroversial.
Hal ini menjadi masalah ketika berbenturan dengan Zionisme, dan dengan fakta yang sangat jelas atas keberadaan Yahudi Khazar membuat omong kosong mengenai kosep Zionis ‘kembali' ke Israel, kemudian masalahnya menjadi kontroversial namun tidak semata-mata karena ilmu pengetahuan yang stolid. Tidak ada ilmuwan Yahudi pada abad ke-19 yang memikirkan masalah ini dengan ragu-ragu akan sumbangan Khazar kepada nenek moyangnya, dann pasti tidak akan dirahasiakannya.
Lebih dari itu, ilmuwan-ilmuwan Israel tidak mencoba membandingkan argumentasi secara serius, mereka lebih menyukai menghilangkannya, menyangkal keberadaan dari bukti yang mendukungnya ketika mereka melakukannya, dan mempresentasikan sebagai gantinya penyamaan istilah 'Israel = Yahudi = bangsa Israel = Yahudi = Israel'. Jadi dengan demikian yang diperkenalkan, bagaimanapun juga, penyamaannya nampak banyak kekurangan kredibilitas yang absolut, namun itu mewakili satu ungkapan dongeng yang merupakan inti dari klaim Israel atas rangkaian historis di Palestina.
Adalah menarik untuk dicatat agar jelas permasalahannya, sebagaimana kita telah melihatnya, penyamaan ini bahkan tidak berlaku bagi Sephardhim, biarkan Ashkenazim sendirian, hanya karena Sepharlhim - atau Yahudi Oriental – keurunan utama, (abaikan sementara pengantar tentang darah segar dan gen-gen yang diakibatkan oleh proselytism – perpindahan agama , inter-marriage - perkawinan dengan sanak keluarga dan inter-breeding - perkawinan dengan golongan lain selama berabad-abad, terutama selama periode Hellenistic), dari suku bangsa Judahites dan Levites, kedua suku yang terpisahkan sendiri dari sepuluh suku Israel lainnya (yang secara bersama selalu dikenal sebagai 'bangsa Israel') yang kemudian dikenal sebagai 'Judahites', lalu sebagai 'Judeans', dan kemudian sebagai 'Bangsa Yahudi'.
Judahites yang asli, dari mana Talmudic Judaism berasal, tidak pernah disebut 'bangsa Israel - atau sedikitnya tidak, sampai Zionis datang kesini - dan akan nyata sekali merupakan penghinaan, bila siapa saja pernah digambarkan sedemikian itu.
Penyebaran yang tersebar luas Yahudi Khazar pertama ke Rusia Tengah dan kemudian ke arah barat kedalam wilayah Eropa lainnya adalah sangat penting, karena apa yang terjadi setelah Yahudi Sephardhic diusir dari Spanyol dalam tahun 1492.
Diterjemahkan oleh: akhirzaman.info
Courtesy: Excerpted from The Next World Order by Ahmad Thomson, Copyright © 1994.